Selamatkan Hutan
Langit cerah menghiasi
bumi seisinya. Birunya langit menandakan adanya kedamaian. Pohon bergoyang ke
kanan kiri, melambaikan tangan dengan riangnya. Hijau pohon menyejukkan segala
pandangan. Seorang petani yang tinggal di pinggir hutan sedang bergembira
menyambut hari cerah di pagi ini. Petani itu hanya tinggal bersama seorang aNaknya,
karena istrinya sudah meninggal 4 tahun lalu. Di sebelah rumah petani itu
terdapat sebuah desa yang bernama Desa Suka Maju.
Ketika
petani sedang duduk di teras sambil melihat keadaan desa, aNaknya yang bernama
Alisya menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat.
“Diminum
dulu tehnya, Yah.”kata Alisya sambil menaruh secangkir teh hangat di meja.
“Iya,
Nak.” jawab si petani. Kemudian ia meminum secangkir teh hangat yang dibuat
oleh Alisya.
Setelah
meminum teh buatan Alisya, ia bercerita tentang kondisi lingkungan alam desa saat
ia masih muda.
“Kalau
kamu tau, Sya. Lingkungan desa kita sekarang jauh berbeda dengan dulu.”kata si
petani.
“Maksud
AYah?” tanya Alisya penasaran.
“Dulu
itu, setiap warga di sini sangat antusias untuk menanam berbagai jenis tumbuhan
di depan rumahnya. Dengan demikian, desa kita menjadi sejuk dan rindang. Akan
tetapi, sekarang banyak warga yang sudah tidak peduli dengan lingkungan. Hal
itu menyebabkan desa kita menjadi panas dan tidak sejuk seperti dulu lagi.”Kata
si petani menceritakan keadaan desa yang dulu.
Kemudian
ia menambahkan, “Hutan desa yang dulunya menjadi habitat banyak rusa, sekarang
menjadi habitat tumbuhan saja. Hal itu karena banyak warga yang memburu rusa
untuk dijual. Dulu aYah sering bermain dengan rusa-rusa itu, tetapi sekarang
rusa-rusa itu sudah tidak ada lagi. Selain itu, dulu semua warga sangat
menyadari pentingnya menjaga lingkungan alam. Akan tetapi, seiring dengan
kemajuan teknologi, warga justru berbuat seeNaknya pada lingkungan alam. AYah
berpesan kepada Alisya, supaya Alisya terus menjaga dan merawat lingkungan.”
jelas si petani kepada Alisya.
“Insyaallah,
Yah. Alisya akan berusaha menjaga lingkungan ini dengan sebaik-baiknya.”ucap
Alisya dengan penuh semangat.
***
Pada
suatu hari yang tenang dan damai, dimana burung berkicau dengan suka cita.
Pepohonan sedang bermain dengan angin dan menari-nari ke sana kemari, hingga
menghasilkan gerakan yang sangat indah. Akan tetapi, ketenangan itu kini
terusik oleh kedatangan orang-orang berseragam proyek dengan berbagai alat
berat. Seketika Alisya kaget melihatnya, semua warga tampak antusias dan senang
atas kedatangan mereka. Hal itu yang membuat Alisya merasa bingung dan heran.
“Mengapa
warga malah senang dengan kedatangan mereka?”ucap Alisya dalam hati. Tanpa
berpikir panjang, Alisya segera menemui aYahnya di sawah.
“Permisi,
Yah.”sapa Alisya buru-buru.
Petani
itu langsung menghentikan kegiatannya di sawah. “Iya, Nak. Ada apa?” tanya si
petani.
“Ada
hal yang sangat penting, Yah” jawab Alisya cemas.
“Penting?
memangnya ada apa, Nak?” tanya si petani penasaran.
“Ada
sekelompok orang berseragam proyek datang ke desa. Mereka menuju ke hutan.
Kelihatannya mereka ingin menebangi pohon, Yah.” jelas Alisya.
Si
petani terdiam, ia segera meninggalkan pekerjaannya dan menuju ke hutan.
***
Sesampainya
di hutan ternyata hutan tersebut sangat ramai warga. Para warga melihat pekerja-pekerja
yang sedang menghitung jumlah pohon dan menyusun rencana untuk melaksanakan
proyek mereka. Bahkan ada juga warga yang berjualan di sekitarnya demi
mendapatkan uang. Hal itu terjadi, karena ada proyek besar di desa. Si petani
langsung menemui Bapak Kepala Desa yang sedang berbincang-bincang dengan
ajudannya. Emosi si petani tidak dapat tertahan lagi.
“Apa
yangBapak lakukan dengan semua ini?” tanya si petani dengan lantang. Sampai-sampai
para warga memperhatikannya.
“Lho,
Anda kok tiba-tiba marah? saya tidak mengerti maksud anda.” jawab Bapak Kepala
Desa yang terlihat tenang.
“Bapak
menyetujui proyek yang akan merugikan warga dalam jangka waktu yang panjang. Apakah
Bapak tidak berpikir bahaya apa saja yang akan ditimbulkan?” ucap si petani
kecewa.
Bapak
Kepala Desa langsung membalas perkataan si petani, “Saya kepala desa di sini. Saya
mengerti kebutuhan warga saya. Anda tidak bisa menentang kebijakan saya.” jawab
Bapak Kepala Desa.
“Baiklah,
saya tidak akan berbicara panjang lebar.Saya peringatkan, proyek ini tidak akan
bisa berjalan lama. Bapak yang menghancurkan, dan Bapak juga yang menanggung
akibatnya. Bapak akan menyesal suatu saat nanti” jelas si petani dengan tegas.
Bapak
Kepala Desa tersenyum sinis “Lihat! warga mendukung kebijakan saya dengan hadir
di proyek ini.” jawab Bapak Kepala Desa dengan angkuhnya.
Si petani
langsung pergi, tanpa menghiraukannya.
***
Pada
siang hari ketika seorang petani dan anaknya sedang tidur, tiba-tiba terdengar
suara mesin yang memilukan hati. Selain itu,terdengarjuga suara gemuruh dari
pepohonan yang tumbang. Dengan segera, si
petani bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke sumber suara tersebut.
“Hey kalian, hentikan
perbuatan itu!” teriak petani kepada gerombolan penebang kayu.
Akan tetapi, para
penebang kayu di dalam hutan itu tidak mendengarkan sedikitpun perkataan si
petani. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, si petani berhasil mendekat ke
arah penebang kayu. Ia menghentikan penebangan tersebut dengan berdiri di dekat
gergaji mesin.
“Apa yang kau lakukan?
Apa kamu mau cari mati?” teriak salah seorang di antara penebang kayu.
“Aku tidak akan
membiarkan kalian terus menebang pepohonan di hutan ini. Apakah kalian tidak
mengetahui bahwa banyak sekali makhluk hidup yang sangat bergantung dengan
mereka. Apakah kau juga tidak mengetahui akibat yang akan terjadi jika semua
pohon di sini habis kau tebangi?” teriak petani itu.
Para penebang pohon merasa
terganggu dengan kehadiran si petani. Mereka juga merasa kesal, bahkan mereka
membawa si petani dengan paksa untuk menjauh dari lokasi tersebut.
Si petani itu tidak
tinggal diam. Ia segera pergi untuk menemui Bapak Kepala Desa. Ia mengadukan
semua kejadian itu. Tetapi apa
daya, usaha yang dilakukan oleh si petani itu gagal. Ternyata alasan Bapak
Kepala Desa menyetujui adanya proyek itu adalahia ingin mensejahterakan rakyat
melalui proyek besar yang ada di desa.Petani itu menyerah pada keadaan ini. Ia langsung
memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sesampainya
di rumah, petani itu langsung duduk di teras.
“Mengapa?
karena alasan ingin sejahtera. Apakah mereka tidak sadar bahwa lingkungannya
akan hancur dan pasti mereka akan menjadi korbannya. Alam akan menjadi musuh
jika kita tidak memeliharanya dan alam akan bersahabat jika kita memeliharanya.”
kata si petani hampir meneteskan air mata kesedihan karena usahanya gagal.
Alisya, sebagai anaknya langsung menenangkan si petani.
“Ayah,
Alisya mohon. Ayah jangan bersedih. Mungkin kita tidak dapat menghentikan, tetapi
kita bisa mendoakan supaya mereka diberi kesadaran, Yah.” jawab Alisya sambil menghapus
air mata si petani.
“Terima
kasih Nak, ternyata anak ayah sudah mulai tumbuh menjadi dewasa, dan bijak.” kata
petani itu sambil tersenyum.
Mendengar
kata-kata si petani,Alisya tersenyum malu “Ah, ayah bisa saja.”
***
Setelah
1 bulan, proyek itu selesai. Para pekerja pada proyek itu sudah menghabiskan
semua kayu yang ada di hutan, dan tidak ada yang tersisa sedikitpun. Kini hutan
itu menjadi gersang. Si petani langsung datang ke rumah Bapak Kepala Desa dan
membicarakan hal tersebut.
“Desa
kita sekarang menjadi gersang, Pak. Jika kita tidak segera menanam pohon, maka
akan terjadi bencana yang tidak kita inginkan. Bagaimana jika besok kita adakan
kerja bakti dan penanaman pohon di hutan. Apakah Bapak setuju?”kata si petani
kepada Bapak Kepala Desa.
“Untuk
apa menanam pohon? pohon itu tidak ada pengaruhnyauntuk kita. Lagi pula desa
kita ini sudah sejahtera dengan adanya proyek penebangan pohon kemarin.”jawab Bapak
Kepala Desa dengan tegas.
“Apakah
bapak tidak merasakan dampak penebangan pohon yang telah terjadi di desa ini? desa
kita sekarang menjadi panas, karena sudah tidak ada pohon yang dapat
menghasilkan udara segar, Pak.”kata si petani dengan penuh amarah.
Kemudian
ia menambahkan, “Untuk itu, maka kita harus mengadakan penanaman pohon supaya
desa kita tidak panas dan tidak terjadi kekeringan, Pak.” Kata si petani dengan
tegas.
Bapak
Kepala Desa berpikir sejenak, “Baiklah, terima kasih kamu telah mengingatkan
saya. Saya setuju dengan pendapat kamu. Nanti akan saya umumkan kepada semua
warga desa bahwa besok pagi akan diadakan kerja bakti dan penanaman pohon di
hutan.” kata Bapak Kepala Desa.
“Sama-sama,
Pak. Mari kita perbaiki desa ini bersama-sama. Kalau begitu saya pamit dulu ya,
Pak.”kata si petani.
***
Matahari mulai muncul dari ufuk
timur. Kini saatnya kerja bakti dan penanaman pohon dimulai. Si petani dan anaknya
sangatbersemangat dengan diadakannya kegiatan ini.Tidak hanya si petani dan anaknya
yang bersemangat, tetapi para warga juga bersemangat dengan diadakannya
kegiatan ini. Alasannya adalah, karena mereka sadar bahwa mereka
tidak boleh merusak dan sembarang menebang pohon-pohon yang ada di hutan. Hutan
adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya.
Bapak
Kepala Desa dan para warga sudah berkumpul di hutan. Mereka sudah siap untuk
menanam pohon.
“Baiklah, sekarang kita mulai kerja
bakti dan penanaman pohonnya. Akan tetapi, sebelum memulai kegiatan pada pagi
hari ini, marilah kita berdoa menurut keyakinan kita masing-masing.” kata Bapak
Kepala Desa.
Selesai berdoa, mereka langsung
bekerja bakti untuk membersihkan hutan. Sementara itu, si petani dan anaknya
menyiapkan tanaman yang akan ditanam di hutan.
“Yah,
tanamannya sudah saya hitung. Semua ini jumlahnya ada 385 pohon.” kata Alisya
kepada si petani.
“Baiklah,
Nak. Pupuknya juga sudah ayah siapkan. Sekarang kita membatu membersihkan hutan
terlebih dahulu.” kata si petani kepada anaknya.
Selesai
menyiapkan pohon-pohon yang akan ditanam, mereka langsung ikut membantu
membersihkan hutan dengan alat yang mereka bawa.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB.
“Mohon
perhatiannya untuk semua warga. Hutan sudah menjadi bersih. Kini saatnya
penanaman pohon dimulai. Silakan setiap warga mengambil satu pohon untuk
ditanam di hutan dan mengambil pupuk secukupnya.” kata Bapak Kepala Desa.
“Baik,
Pak.” jawab seluruh warga dengan kompak.
Para
warga langsung mengambil pohon dan menanamnya. Selesai menanam pohon mereka
langsung memberi pupuk secukupnya.
***
Beberapa
tahun kemudian pekerjaan mereka mulai
ada hasilnya.
“Hutan kita mulai hijau
kembali,Yah. Desa kita sudah tidakpanas lagi.” kata Alisya kepada si petani.
“Iya, Nak. Ini berkat
keja sama kita semua.” jawab si petani.
Akhirnya para warga
hidup dengan gembira, karena sekarang hutan menjadi hijau kembali. Para warga
pun menyadari, bahwa hutan itu perlu untuk menjaga harus dipelihara dengan
sungguh-sungguh tidak ada lagi penebangan pohon.